Ikuti trip ke Trowulan di TripTrus: http://triptr.us/Bu
TRIPTRUS - Nama Kerajaan Majapahit pada masa jayanya dikenal di seluruh penjuru Asia. Meski berkedudukan di Pulau Jawa, jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Asia Tenggara. Bahkan penguasa Mongol pada masa itu, Kubilai Khan, tidak berhasil membuat Majapahit bertekuk lutut. Sisa-sisa sepak terjang Kerajaan Majapahit yang terjadi lebih dari 700 tahun yang lalu, peninggalan pusat kekuasaan Majapahit dapat dilihat di Situs Trowulan dan Museum Majapahit.
Trowulan yang berada di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, awalnya ditemukan oleh Gubernur Jawa, Sir Thomas Raffles pada tahun 1811. Reruntuhan kuno itu tersebar di area hutan luas yang membuatnya sulit untuk dieksplorasi. Selain itu, banyak peninggalan Majapahit yang dicuri oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Mulai dari segala jenis perhiasan, koin emas, tembikar, hingga batu bata, tidak luput dari penjarahan oleh para pencuri. Oleh karena itu, didirikanlah Museum Trowulan yang kali pertama berdiri pada tahun 1932 hasil rancangan Henri Maclaine Pont, seorang arsitek yang juga merancang Aula Institut Teknologi Bandung. Pemerintah Indonesia memugar museum itu pada awal tahun 1980-an dan meresmikannya pada tahun 1987.
Situs Trowulan merupakan salah satu situs warisan dunia yang ditetapkan oleh badan internasional milik PBB, UNESCO, dengan tujuan untuk melindungi situs itu dari penjarahan dan menjaga pelestariannya. Dengan luas kurang lebih 100 kilometer persegi. Pada awal ditemukan, Trowulan dianggap sebagai area pemukiman para warga Majapahit. Namun belakangan ditetapkan bahwa Trowulan merupakan pusat kekuasaan Kerajaan Majapahit, setelah ditemukannya banyak peninggalan yang dapat mendukung argumen itu. Ditambah pula, penjelasan kitab Kakawin Nagarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Trowulan sempat dihancurkan pada tahun 1478 saat Girindrawardhana berhasil mengalahkan Raja Kertabumi dan
memindahkan ibukota Kerajaan Majapahit ke Daha (Kediri).
Untuk berkunjung ke Trowulan juga tidak terlalu sulit. Dari Surabaya butuh waktu perjalanan sekitar 1 jam melewati rute Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto. Trowulan berada di perlintasan Jalan Raya Surabaya-Jombang. Ciri khas desa Trowulan adalah banyaknya pengrajin batu, salah satu mata pencaharian masyarakat desa tersebut. Lalu untuk masuk ke situs Trowulan tidak ditarik biaya sama sekali. Tiap harinya ada ratusan orang yang mengunjungi Trowulan untuk bersembahyang, mengingat Kerajaan Majapahit dahulu menganut ajaran agama Hindu, hingga kini banyak umat Hindu yang datang karena mempercayai bahwa di situ adalah tempat persinggahan para dewa-dewa.
Banyak yang bisa dikunjungi di situs Trowulan. Ada lima belas titik yang bisa TripTroops kunjungi. Misalnya Candi Wringin Lawang, yang konon adalah pintu gerbang Kerajaan Majapahit. Lalu ada Candi Tikus, berupa kolam yang di tengahnya ada sebuah candi kecil. Situs ini diberi nama Candi Tikus karena pada saat ditemukan pada tahun 1914, candi itu merupakan sarang bagi ribuan tikus. Tidak jauh dari Candi Tikus ada Kolam Segaran. Kolam ini bisa dibilang istimewa karena dahulu ini merupakan tempat pemandian bagi prajurit Majapahit dan tempat berekreasi para bangsawan. Kolam ini ditemukan Henry Maclaine Pont pada tahun 1926. Ada pula Gapura Bajang Ratu, yang oleh masyarakat setempat dikaitkan
dengan legenda Raja Jayanegara yang ketika masa kecil terjatuh di gapura ini dan mengakibatkan cacat pada tubuhnya. Bajang Ratu sendiri berarti Raja yang kerdil atau cacat.
Sekitar 10-15 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor, dapat ditemukan Makam Putri Cempa. Makam yang bercorak bangunan Islam ini dipercaya sebagai makam salah satu istri atau selir raja Majapahit yang berasal dari Champa (Vietnam). Putri Cempa dikabarkan wafat pada tahun 1448 dan merupakan seorang muslimah yang menikah dengan salah seorang raja Majapahit yang berhasil dibujuk untuk memeluk agama Islam. Di salah satu bagian Situs Trowulan juga terdapat kompleks pemakaman Troloyo di Desa Sentonorejo yang di dalamnya terdapat beberapa batu nisan bercorak Islam. Makam-makam di Troloyo disebut sebagai pemakaman tertua bagi kaum muslim yang pernah ditemukan di Indonesia.
Yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Trowulan adalah Museum Trowulan. Museum dengan luas 5,7 kilometer persegi ini menjadi tempat dipamerkannya berbagai koleksi dari hasil temuan di situs Trowulan. Saat ini museum itu lebih dikenal dengan nama Museum Majapahit dan juga menyimpan relik arkeologis dari berbagai situs arkeologi di Jawa Timur. Mulai dari zaman Raja Airlangga, Kediri, Singasari, dan tentunya Majapahit.
Satu hal yang perlu diingat saat mengunjungi Situs Trowulan dan Museum Trowulan adalah agar tidak merusak lokasi atau benda-benda yang berada di sana.
Photos courtesy of: Wikipedia